halo sorenians

Selamat Sore dan Selamat datang di asharmedia, biar lebih akrab kita panggil kamu sorenians, nah platform ini buat kamu yang lagi ngalamin burnout atau kamu pengen ngelepasin rasa penat kamu sambil baca artikel yang team sorenians udah buat, semoga kamu betah untuk bacanya dan ngebangkitin motivasi kamu untuk terus selalu hidup, Selamat Baca Sorenians

Bacaan Sore

Minggu, 23 Juni 2024

Sang Pembawa Pesan di Tanah Gersang




Di tengah-tengah padang pasir yang luas, terdapat sebuah desa kecil bernama Qariah. Desa ini dihuni oleh suku Badui yang sudah lama hidup dalam keterasingan dan tradisi yang kuat. Masyarakat di sana hidup dengan keterbatasan air dan pangan, namun mereka tetap bertahan dengan semangat kebersamaan dan gotong royong.


Pada suatu hari, seorang pendakwah bernama Umar datang ke Qariah. Umar adalah seorang pria muda yang memiliki semangat tinggi untuk menyebarkan ajaran Islam. Dengan sorban putih melilit di kepalanya dan tongkat kayu di tangan, Umar berjalan menyusuri padang pasir yang panas terik. Tujuannya adalah untuk membawa pesan kedamaian dan kebaikan kepada penduduk Qariah.


Setibanya di desa, Umar disambut dengan pandangan curiga oleh beberapa penduduk. Mereka jarang sekali melihat orang asing datang ke desa mereka. Namun, Umar tidak gentar. Ia mendekati seorang tetua desa, bernama Syaikh Hamza, yang duduk di bawah pohon kurma sambil memperhatikan kedatangannya.


"Assalamu'alaikum, Syaikh," sapa Umar dengan ramah.


"Wa'alaikumussalam. Siapakah engkau dan apa tujuanmu datang ke desa kami?" tanya Syaikh Hamza dengan nada serius.


"Aku Umar, seorang pendakwah yang ingin berbagi ilmu dan pesan kebaikan dari ajaran Islam. Aku berharap dapat membawa manfaat dan kedamaian bagi desa ini," jawab Umar dengan tulus.


Syaikh Hamza mengamati Umar sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Baiklah, Umar. Kau boleh tinggal di desa ini dan lihatlah sendiri bagaimana kehidupan kami. Jika apa yang kau bawa adalah kebaikan, kami akan menerimanya."


Hari-hari berikutnya, Umar mulai berinteraksi dengan penduduk desa. Ia membantu mereka mengangkat air dari sumur, ikut serta dalam pekerjaan ladang, dan mengajarkan anak-anak membaca dan menulis. Perlahan, penduduk desa mulai menerima kehadiran Umar. Mereka mendengarkan ceritanya tentang keindahan Islam dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW.


Suatu hari, desa Qariah menghadapi masalah besar. Sumur utama mereka mulai mengering, dan persediaan air semakin menipis. Penduduk desa panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Umar, yang melihat kondisi tersebut, tidak tinggal diam. Ia mengajak penduduk desa untuk berdoa bersama, memohon pertolongan Allah SWT.


"Marilah kita berdoa dengan penuh keyakinan. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia pasti akan menolong kita," ujar Umar dengan penuh harap.


Setelah beberapa hari berdoa dan berusaha mencari solusi, keajaiban pun terjadi. Tiba-tiba, awan tebal menggantung di langit dan hujan deras mengguyur desa Qariah. Penduduk desa bersorak gembira, mereka berlari keluar untuk menampung air hujan. Sumur yang tadinya kering kembali terisi penuh.


Umar menjadi sosok yang sangat dihormati di desa itu. Keberadaannya membawa perubahan positif, tidak hanya dalam hal keimanan, tetapi juga dalam semangat kebersamaan dan saling tolong-menolong. Penduduk desa mulai mempelajari ajaran Islam dengan penuh semangat, dan Qariah pun berubah menjadi desa yang lebih harmonis dan sejahtera.


Dengan penuh rasa syukur, Umar melanjutkan perjalanannya ke desa-desa lain, membawa pesan kedamaian dan kebaikan. Kisahnya di Qariah menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa di tanah yang gersang sekalipun, kedamaian dan kebaikan bisa tumbuh subur jika dijaga dengan keikhlasan dan ketulusan hati.

Penulis: Muhammad Surya Pangestu

Jumat, 21 Juni 2024

Menggapai Hidayah di Puncak Gunung


Ustaz Ahmad, seorang pendakwah muda, telah bertekad untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh pelosok negeri. Setelah beberapa tahun berdakwah di kota-kota besar, hatinya tergerak untuk pergi ke sebuah desa terpencil di kaki gunung Merbabu. Desa itu dikenal dengan nama Desa Suroloyo, sebuah desa yang masih kental dengan adat dan tradisi lokal.

Ahmad telah mendengar banyak cerita tentang desa ini, tempat yang penuh tantangan dan medan yang sulit ditempuh. Meski demikian, tekadnya tak pernah goyah. Dengan berbekal doa dan semangat, ia memulai perjalanan panjang dari kota menuju desa tersebut.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya Ahmad tiba di Desa Suroloyo. Desa ini dikelilingi oleh pemandangan alam yang memukau: hutan hijau, sawah terasering, dan pegunungan yang menjulang tinggi. Warga desa menyambutnya dengan ramah, namun terlihat jelas bahwa mereka masih memegang erat tradisi nenek moyang mereka.

Ahmad tinggal di rumah Pak Budi, seorang tetua desa yang sangat dihormati. Pak Budi bercerita tentang kepercayaan dan kebiasaan warga desa yang masih banyak dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme. Ahmad mendengarkan dengan seksama, sambil merencanakan strategi dakwah yang tepat.

Ahmad mulai berbaur dengan warga desa. Ia membantu mereka di sawah, ikut serta dalam kegiatan gotong royong, dan sering mengadakan pertemuan kecil di rumah Pak Budi. Ahmad tidak langsung mengajarkan ajaran Islam secara frontal, tetapi ia lebih banyak menunjukkan keteladanan melalui tindakan.

Lambat laun, kehadiran Ahmad mulai dirasakan manfaatnya oleh warga desa. Ia memberikan bantuan medis sederhana, mengajari anak-anak membaca dan menulis, serta memberikan solusi atas beberapa masalah yang dihadapi warga. Ahmad menjadi sosok yang dihormati dan dicintai oleh warga desa.

Setelah beberapa bulan tinggal di Desa Suroloyo, Ahmad merasa saat yang tepat untuk memulai dakwahnya secara lebih terbuka. Ia mengajak Pak Budi dan beberapa warga lain untuk berkumpul dan mendengarkan ceramah singkatnya tentang keindahan Islam dan pentingnya keimanan kepada Allah SWT.

Ahmad menyampaikan dakwahnya dengan penuh kelembutan dan hikmah. Ia mengaitkan ajaran Islam dengan nilai-nilai kebaikan yang sudah ada dalam tradisi mereka. Perlahan namun pasti, beberapa warga mulai tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentang Islam.

Suatu hari, Ahmad mengajak beberapa warga untuk mendaki puncak gunung Merbabu. Di puncak gunung itu, Ahmad mengajak mereka merenung dan melihat kebesaran ciptaan Allah SWT. Ia berbicara tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, dan betapa kecilnya manusia di hadapan-Nya.

Perjalanan mendaki gunung itu menjadi momen yang sangat berkesan bagi banyak warga. Beberapa dari mereka merasakan hidayah Allah masuk ke dalam hati mereka. Mereka mulai memahami pentingnya beribadah dan mengimani Allah SWT.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak warga Desa Suroloyo yang memeluk Islam. Desa yang dulunya kental dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, perlahan berubah menjadi desa yang islami. Masjid sederhana pun dibangun di tengah desa, menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial.

Ahmad merasa bahagia melihat perubahan yang terjadi di desa tersebut. Ia menyadari bahwa dakwah tidak hanya tentang menyampaikan ajaran agama, tetapi juga tentang merangkul, memahami, dan menghargai tradisi lokal sambil membawa mereka kepada cahaya Islam.

Setelah beberapa tahun berdakwah di Desa Suroloyo, Ahmad merasa tugasnya telah selesai. Ia berpamitan kepada warga desa yang telah dianggapnya seperti keluarga sendiri. Warga desa merasa kehilangan, namun mereka berjanji untuk menjaga dan meneruskan ajaran yang telah disampaikan Ahmad.

Ahmad kembali ke kota dengan hati yang penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Ia membawa pulang banyak pelajaran berharga dari pengalamannya di Desa Suroloyo. Perjalanan dakwahnya di puncak gunung Merbabu akan selalu dikenang sebagai perjalanan menggapai hidayah yang penuh berkah.

Setelah kembali ke kota, Ahmad tidak berhenti berdakwah. Ia membagikan pengalaman dan ilmu yang didapatnya kepada pendakwah lainnya. Cerita tentang Desa Suroloyo dan perjalanan menggapai hidayah di puncak gunung Merbabu menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Desa Suroloyo pun terus berkembang. Masjid yang dulu sederhana kini telah diperbesar, dan banyak kegiatan keagamaan rutin diadakan. Warga desa hidup dalam damai dan harmoni, menjalankan ajaran Islam dengan penuh keyakinan dan kebahagiaan.

Perjalanan Ustaz Ahmad menggapai hidayah di puncak gunung Merbabu adalah kisah tentang ketulusan, kesabaran, dan keikhlasan dalam berdakwah. Meskipun perjalanan fisiknya telah berakhir, namun perjalanan spiritual dan dakwahnya akan terus berlanjut, menginspirasi banyak orang untuk berjuang dalam menyebarkan cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia.

Penulis : Muhammad Surya Pangestu

Senyumin aja dulu!

 

Kekuatan senyum

Halo sorenians, apa kabar semoga kalian baik baik saja yah. Sorenians dalam kehidupan sehari-hari, senyum sering dianggap sebagai tindakan yang sederhana atau bahkan kurang berarti. Namun Sorenians, siapa pun yang dapat memahami betapa besar kekuatan yang dimiliki oleh sebuah senyuman, akan menyadari bahwa senyuman dapat membawa dampak positif tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang di sekitar kita.

Sorenians senyum memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menciptakan ikatan sosial dan memberikan kebahagiaan. Ketika seseorang tersenyum, secara tidak langsung mereka menularkan aura positif kepada orang lain. Bahkan senyuman sederhana dapat memiliki kekuatan untuk mengubah suasana hati seseorang yang sedang merasa sedih atau stres.

Selain itu, senyum juga dapat menjadi bahasa universal yang mengatasi perbedaan budaya, bahasa, dan agama Sorenians. Senyuman adalah ekspresi yang dapat dipahami dan diterima oleh setiap orang, tanpa memandang latar belakang atau kepercayaan mereka. Melalui senyum, kita dapat membentuk hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita dan memperluas jaringan sosial kita.

Tidak hanya itu, senyum juga memiliki dampak positif pada kesehatan fisik dan mental. Ketika kita tersenyum, otak kita melepaskan endorfin, hormon kebahagiaan, yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan mood positif. Senyum juga dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh kita, sehingga kita menjadi lebih tahan terhadap penyakit.

Dalam berbagai situasi, senyum juga dapat menjadi bentuk dukungan dan kebaikan yang dapat kita berikan kepada orang lain. Sebuah senyuman tulus dapat memberikan semangat dan motivasi kepada seseorang yang sedang mengalami kesulitan atau merasa sedih. Senyum juga dapat menjadi bentuk penghormatan dan penghargaan kepada orang-orang yang melakukan tindakan baik atau mencapai prestasi.

Dalam dunia yang seringkali penuh dengan kecemasan dan ketegangan, senyum adalah alat yang kuat untuk melawan negativitas dan membawa keceriaan. Sebuah senyuman dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan perubahan positif di dunia ini.

Sorenians kalo sudah tau manfaat dari senyum ini mari kita manfaatkan kekuatan senyum ini untuk menciptakan kebaikan dalam hidup kita dan memberikan dampak positif kepada orang-orang di sekitar kita. Mari tersenyum dengan tulus, dan kita akan melihat bagaimana dunia ini menjadi tempat yang lebih indah dengan kebaikan yang kita sebarkan melalui senyuman. Terimakasih sorenians see you dan senyumin aja dulu.

Referensi:

https://www.alodokter.com/8-manfaat-senyum-untuk-kesehatan-jiwa-dan-raga

https://www.ubaya.ac.id/2024/04/19/manfaat-tersenyum-meski-hanya-pura-pura/#:~:text=%E2%80%9CSenyuman%20kita%20yang%20tulus%20itu,lebih%20senang%2C%20dan%20lebih%20tenang.

Penulis: Raphy Achmad Zacky



Selasa, 18 Juni 2024

Meraih Impian Bersama Sahibul Menara: Inspirasi dari Film Negeri 5 Menara

Hai, Sorenians!

Sorenians sudah nonton belum film Negeri 5 Menara yang diangkat dari novel populer karya Ahmad Fuadi? Film ini bukan hanya sekadar hiburan tapi juga penuh dengan inspirasi dan pelajaran berharga yang bisa kita ambil, terutama dalam meraih impian dan menjalani hidup dengan penuh semangat. Yuk, kita lihat bagaimana kisah Alif dan kawan-kawannya bisa memotivasi kita!


Cerita dimulai dengan Alif (Gazza Zubizareta) yang bercita-cita tinggi untuk melanjutkan sekolah di Institut Negeri Bandung. Namun, harapannya harus berubah ketika kedua orangtuanya (David Chalik dan Lulu Tobing) menginginkan Alif untuk melanjutkan pendidikan di Pesantren Madani di Ponorogo, Jawa Timur. Walaupun berat, Alif akhirnya menyetujui keinginan orang tuanya.


Awalnya, Alif merasa setengah hati menjalani kehidupan di pesantren. Namun, pertemuannya dengan sahabat-sahabat baru seperti Baso (Billy Sandy), Atang (Rizki Ramdani), Raja (Jiofani Lubis), Said (Ernest Samudera), dan Dulmadjid (Aris Putra) mengubah segalanya. Mereka bersatu sebagai Sahibul Menara, saling mendukung dan berjuang bersama untuk meraih masa depan yang lebih baik.


Sorenians, di hari pertama kelas, Alif dikenalkan dengan mantra “Man Jadda Wajada” oleh Ustad Salman (Donny Alamsyah). Artinya, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Mantra ini menjadi pegangan bagi Alif dan teman-temannya setiap kali mereka merasa ragu. Perjuangan mereka menggambarkan bahwa segala sesuatu tidak bisa diraih secara instan. Butuh usaha, kesabaran, dan doa.


Meskipun berasal dari pesantren yang tidak terlalu terkenal, Sahibul Menara memiliki impian besar. Mereka tidak pernah ragu untuk bermimpi tinggi. “Kita bikin janji di menara ini, nanti kita akan bertemu dan foto dengan menara kita masing-masing,” kata Baso. Impian tersebut tidak langsung tercapai, namun mereka terus berusaha dan tidak pernah menyerah.


Film ini mengajarkan kita untuk tidak pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Seperti kata seorang bijak, “Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Sesungguhnya Tuhan Maha Mendengar.” Keberhasilan datang dari usaha dan keyakinan yang kuat. Sahibul Menara menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan doa, tidak ada impian yang terlalu tinggi untuk dicapai.


Selain itu, Negeri 5 Menara juga mengubah pandangan kita tentang kehidupan di pesantren. Pesantren tidak hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, seni, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di pesantren bisa menjadi landasan yang kuat untuk meraih cita-cita yang tinggi.


Meskipun film ini memiliki kekurangan, terutama pada bagian akhir yang terkesan terburu-buru, hal ini tidak mengurangi pesan penting yang ingin disampaikan. Kita diajarkan untuk selalu berusaha dan tidak cepat puas. Setiap perjalanan pasti memiliki rintangannya, namun dengan semangat, kerja keras, dan doa, kita bisa mengatasi semuanya.


Film Negeri 5 Menara mengingatkan kita bahwa impian adalah hal yang sangat berharga dan layak diperjuangkan. Seperti Sahibul Menara, mari kita berani bermimpi tinggi dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Ingatlah, “Man Jadda Wajada,” siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.


Jadi, setelah seharian bekerja, luangkan waktu untuk menonton film ini dan dapatkan suntikan semangat untuk meraih impianmu. Jangan lupa, selalu sertakan doa dalam setiap langkahmu, karena Allah Maha Mendengar doa hamba-Nya.

Salam hangat dari Ashar Media, dan selamat menonton, Sorenians!


Penulis : Nanda Fadilah

Senin, 17 Juni 2024

Tak Mampu Bayar Ambulans, Jenazah Bayi di Makassar Dibantu Ojek Online



Hai, Sorenians!


Di tengah gemerlap kehidupan modern, masih banyak cerita mengharukan yang mengingatkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan, keikhlasan, dan pengorbanan. Salah satunya adalah kisah Wawan, seorang pengemudi ojek online (ojol) di Makassar, yang dengan tulus membantu mengantar jenazah bayi menuju Pangkep karena keluarga bayi tersebut tak mampu membayar biaya ambulans.


Cerita ini bermula ketika Wawan, yang sedang mengantar pesanan makanan ke RSUP Tajuddin, diminta oleh petugas pemulasaraan untuk membantu mengantar jenazah bayi. Keluarga bayi tersebut tidak mampu membayar biaya ambulans sebesar Rp800.000 yang ditawarkan rumah sakit. Wawan, yang awalnya memberikan harga Rp200.000, setuju untuk menurunkan tarifnya menjadi Rp150.000 setelah mengetahui kondisi keluarga tersebut. 


Sorenians, kisah ini mengajarkan kita tentang keikhlasan dalam membantu sesama. Wawan bukan hanya mengantar jenazah, tetapi juga menunjukkan bahwa rasa empati dan keinginan untuk membantu orang lain bisa melampaui batas-batas materi. 


Dalam perjalanannya, Wawan tidak hanya membawa jenazah bayi, tetapi juga mengantar kakek bayi tersebut hingga ke RSUD Batara Siang, Pangkep. Langkah ini bukanlah tugas mudah, namun Wawan melakukannya dengan penuh pengorbanan. Ia tahu bahwa membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan adalah bentuk ibadah dan tindakan mulia.


Pengorbanan yang dilakukan oleh Wawan mengingatkan kita akan pentingnya membantu sesama tanpa pamrih. Dalam Islam, menolong orang lain adalah salah satu perbuatan yang sangat dianjurkan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan" (QS. Al-Ma'idah: 2). 


Petugas pemulasaraan yang menggunakan uang pribadi untuk membayar ongkos ojol juga menunjukkan betapa tulusnya hati mereka dalam membantu keluarga yang sedang berduka. Walaupun tindakan tersebut dilakukan tanpa koordinasi dengan manajemen rumah sakit, niat baik mereka tetap patut dihargai.


Sorenians, ketulusan hati tidak mengenal batas. Dalam keadaan terbatas sekalipun, kita bisa menunjukkan niat baik dan membantu sesama. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang meringankan satu kesulitan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan meringankan darinya satu kesulitan pada hari kiamat" (HR. Muslim).


Kisah ini seharusnya menjadi refleksi bagi kita semua. Di tengah kesibukan dan rutinitas sehari-hari, masih banyak orang yang membutuhkan bantuan dan empati kita. Tidak perlu menunggu sampai kita memiliki banyak untuk bisa membantu, karena bantuan kecil yang tulus bisa berarti sangat besar bagi mereka yang membutuhkan.


Mari kita belajar dari keikhlasan dan pengorbanan Wawan serta petugas pemulasaraan di RSUP Tajuddin. Dalam setiap langkah hidup, sempatkanlah untuk membantu orang lain, karena setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita dengan berkah yang berlipat ganda.


Sorenians, cerita Wawan adalah pengingat bagi kita semua bahwa dalam setiap tindakan baik, ada berkah yang luar biasa. Mari kita terus berusaha menjadi pribadi yang selalu siap membantu, berempati, dan berkorban untuk sesama. Ingatlah, "Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni).


Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk terus melakukan kebaikan dan menjadi pribadi yang lebih peduli terhadap sesama. Salam hangat dari Ashar Media, dan mari kita jadikan dunia ini tempat yang lebih baik melalui tindakan-tindakan kecil yang penuh keikhlasan.


Penulis : Nanda Fadilah


Minggu, 16 Juni 2024

Money Freedom at Young Age? Why Not!

 

Salam untuk Sorenians semua!


Pasti kita semua punya impian untuk memiliki money freedom, bukan? Money freedom bukan sekadar tentang memiliki banyak uang, tetapi lebih pada kebebasan finansial. Artinya, kita memiliki cukup pendapatan untuk hidup tenang tanpa perlu terus menerus bekerja keras atau khawatir tentang masalah keuangan.


Money freedom sebenarnya mengacu pada kondisi di mana pendapatan pasif atau penghasilan investasi kita cukup untuk membiayai gaya hidup kita tanpa perlu mengandalkan gaji bulanan dari pekerjaan rutin. Ini adalah tujuan yang sangat diinginkan banyak orang, karena memberikan kebebasan untuk mengejar impian, menikmati waktu dengan keluarga, atau bahkan berkontribusi lebih banyak dalam hal-hal yang bermakna dalam hidup.


Pertama-tama, untuk mencapai money freedom, kita perlu memiliki pemahaman yang baik tentang pengelolaan keuangan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kita harus bijak dalam mengelola harta. Salah satu hadis beliau menyebutkan, "Tangan yang memberi lebih baik dari tangan yang menerima." Ini mengajarkan kita untuk tidak hanya menyimpan uang untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan kepada orang yang membutuhkan dan berinvestasi untuk masa depan yang lebih baik.


Selain itu, penting untuk memiliki tujuan keuangan yang jelas dan spesifik. Menurut studi dari Forbes, tujuan keuangan yang terdefinisi dengan baik membantu kita untuk tetap fokus dan termotivasi dalam mencapai money freedom. Misalnya, menetapkan target untuk memiliki dana darurat yang cukup, investasi untuk pendapatan pasif, dan melunasi utang adalah langkah-langkah yang konkret untuk mencapai kebebasan finansial.


Investasi adalah kunci utama menuju money freedom. Dalam Islam, investasi yang baik dianggap sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan kita dan memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan" (QS. Ali Imran: 130). Artinya, kita harus berinvestasi secara halal dan bertanggung jawab.


Kerja keras juga merupakan aspek penting dalam mencapai money freedom. Rasulullah SAW pernah mengajarkan bahwa setiap bentuk usaha yang dilakukan dengan niat baik dan penuh tanggung jawab akan diberkahi. Oleh karena itu, dengan menggabungkan kerja keras, investasi yang cerdas, dan pengelolaan keuangan yang bijak, kita dapat mengarahkan diri kita menuju financial freedom yang diinginkan.


Tentu saja, perjalanan menuju money freedom tidak selalu mulus. Tantangan dan rintangan akan ada di sepanjang jalan. Namun, dengan tekad yang kuat, disiplin, dan niat yang tulus, semua itu dapat diatasi. Mari terus semangat dan berusaha untuk mencapai tujuan keuangan kita!


Penulis : Nanda Fadilah

Sabtu, 15 Juni 2024

Sayangi Kucing Sayangi Ciptaan Allah

Salam hangat untuk Sorenians!


Baru-baru ini, perhatian publik tertuju pada proses relokasi kucing liar di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) yang menuai kritik. Video yang menunjukkan dua pria menangkap dan membungkus kucing-kucing liar dengan plastik memicu keprihatinan netizen. Perlakuan yang dianggap tidak memenuhi standar kesejahteraan hewan ini langsung mendapat respon dari pihak pengelola GBK.


Pengelola GBK mengakui adanya kesalahan dalam proses relokasi yang dilakukan oleh vendor yang mereka tunjuk. Melalui akun Instagram mereka, pihak pengelola menyampaikan penyesalan atas tindakan yang tidak sesuai prosedur tersebut dan telah memberikan teguran keras kepada vendor terkait. Mereka juga berterima kasih kepada masyarakat yang telah peduli dan menyampaikan saran.


Insiden ini mengingatkan kita semua tentang pentingnya memperlakukan semua makhluk hidup dengan kasih sayang dan hormat, termasuk hewan liar seperti kucing. Dalam Islam, menunjukkan kasih sayang kepada makhluk Allah adalah bagian dari ibadah dan cerminan dari keimanan kita.


Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menyayangi hewan. Ada sebuah hadis yang berbunyi, "Barangsiapa yang menyayangi meski seekor burung pipit, Allah akan menyayanginya pada hari kiamat." (HR. Al-Bukhari). Ini menunjukkan betapa besar nilai kasih sayang kepada hewan dalam Islam.


Kucing, khususnya, memiliki tempat istimewa dalam sejarah Islam. Salah satu sahabat Nabi, Abu Hurairah, mendapat julukan tersebut karena kasih sayangnya yang besar kepada kucing. Nabi Muhammad SAW sendiri dikenal sangat menyayangi kucing. Kisah terkenal tentang Nabi yang memotong bagian jubahnya agar tidak mengganggu kucing yang sedang tidur di atasnya adalah contoh nyata dari kasih sayang beliau terhadap hewan.


Mengapa penting bagi kita untuk menyayangi kucing liar dan hewan lainnya? Pertama, semua makhluk adalah ciptaan Allah. Menyayangi ciptaan-Nya adalah bentuk rasa syukur dan penghargaan kita kepada-Nya. Kedua, hewan memiliki peran penting dalam ekosistem dan keseimbangan alam. Memperlakukan mereka dengan baik membantu menjaga keseimbangan tersebut.


Sebagai Sorenians yang peduli dan berkomitmen pada nilai-nilai kemanusiaan dan keberlanjutan, kita harus selalu mengedepankan perlakuan yang baik dan penuh kasih kepada semua makhluk. Ketika melihat hewan liar di sekitar kita, mari kita pastikan bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang layak. Jika diperlukan relokasi, pastikan prosesnya dilakukan sesuai standar kesejahteraan hewan.


Kita juga dapat berperan aktif dalam membantu hewan-hewan liar di sekitar kita dengan cara memberikan makanan, tempat berlindung, dan melaporkan jika ada tindakan yang tidak sesuai terhadap mereka. Kolaborasi dengan komunitas pencinta hewan dan lembaga perlindungan hewan juga bisa menjadi langkah positif untuk memastikan kesejahteraan hewan terjaga.


Terima kasih kepada semua Sorenians yang telah menunjukkan kepedulian dan kasih sayangnya. Mari kita terus berusaha menjadi rahmat bagi seluruh alam, sesuai dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan. 


Salam penuh kasih dan peduli, Sorenians!


Penulis : Nanda Fadilah

Jumat, 14 Juni 2024

Perjalanan Ali, Sang Wirausaha


Ali adalah seorang wirausaha muda yang penuh semangat. Ia telah mendirikan sebuah perusahaan teknologi yang inovatif dan berkembang pesat. Setiap hari, Ali selalu dipenuhi dengan ide-ide baru dan rencana strategis untuk mengembangkan bisnisnya. Namun, belakangan ini, Ali merasa ada yang tidak beres.

Pada suatu pagi, Ali duduk di depan komputernya, siap untuk menyelesaikan proposal penting bagi investor. Namun, pikirannya terus melayang. Ia memikirkan proyek lain, email yang belum dibalas, dan janji meeting yang akan datang. Ali berusaha fokus, tetapi semakin ia mencoba, semakin sulit rasanya. Ia merasa frustrasi dan putus asa.

Masalah ini tidak hanya terjadi sekali. Setiap hari, Ali merasa sulit untuk berkonsentrasi. Tugas-tugas yang dulu bisa ia selesaikan dengan cepat, sekarang terasa berat dan melelahkan. Ia sering lupa apa yang sedang dikerjakannya dan harus mengulang berkali-kali. Kondisi ini membuatnya stres dan cemas, terutama karena ia adalah pemimpin di perusahaannya.

Suatu hari, Ali memutuskan untuk berbicara dengan sahabatnya, Budi, yang juga seorang wirausaha. Budi mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan beberapa saran. "Ali, mungkin kamu mengalami kelelahan mental. Coba kamu atur ulang jadwalmu, berikan waktu untuk istirahat, dan mungkin juga mencari bantuan profesional."

Ali mengikuti saran Budi. Ia mulai menjadwalkan waktu istirahat yang lebih teratur dan berusaha untuk tidak memaksakan diri. Ali juga menghubungi seorang psikolog untuk mendapatkan bantuan. Dari sesi konseling, Ali menyadari bahwa beban pekerjaan dan tekanan yang terus-menerus membuatnya mengalami stres berkepanjangan, yang berdampak pada kemampuannya untuk berkonsentrasi.

Dengan dukungan dari psikolognya, Ali belajar teknik-teknik manajemen stres dan cara untuk meningkatkan fokus. Ia mulai menerapkan teknik meditasi dan latihan pernapasan untuk menenangkan pikirannya. Ali juga memprioritaskan tugas-tugasnya, memecahnya menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola.

Perlahan tapi pasti, Ali mulai merasakan perubahan. Ia kembali dapat berkonsentrasi dengan lebih baik dan merasa lebih tenang dalam menghadapi tugas-tugasnya. Produktivitasnya meningkat dan ia kembali merasa bersemangat dalam menjalankan perusahaannya.

Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga bagi Ali. Ia menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara kerja dan istirahat, serta tidak ragu untuk mencari bantuan saat dibutuhkan. Ali juga berbagi pengalamannya dengan timnya, mengingatkan mereka untuk selalu memperhatikan kesehatan mental dan fisik mereka.

Kini, perusahaan Ali terus berkembang, dan ia menjadi pemimpin yang lebih bijaksana dan peduli. Ia tahu bahwa menjaga kesehatan mental adalah kunci untuk meraih kesuksesan jangka panjang, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi perusahaannya.

Ketika Dakwah Bertemu Tradisi




Di sebuah desa kecil bernama Sumber Sari, tradisi dan kebiasaan masyarakat telah berlangsung turun-temurun selama berabad-abad. Desa ini terkenal dengan adat istiadatnya yang unik, yang mencerminkan kepercayaan leluhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, di tengah pesona tradisi ini, datanglah seorang pendakwah muda bernama Ustadz Malik dengan misi menyebarkan ajaran Islam.


Ustadz Malik adalah seorang pendakwah yang penuh semangat dan cinta kasih. Ia percaya bahwa dakwah harus dilakukan dengan pendekatan yang lembut dan penuh pengertian. Ketika pertama kali tiba di Sumber Sari, ia menyadari bahwa masyarakat di desa tersebut sangat menghormati dan mencintai tradisi mereka. Ustadz Malik memahami bahwa tantangannya bukanlah mengganti tradisi, tetapi mengharmoniskannya dengan ajaran Islam.


Hari pertama Ustadz Malik di Sumber Sari dimulai dengan mengunjungi rumah kepala desa, Pak Lurah Sukiman. Pak Lurah menyambut Ustadz Malik dengan ramah, tetapi ia juga menyampaikan kekhawatirannya tentang bagaimana dakwah dapat mempengaruhi tradisi desa.


“Kami sangat menghormati tradisi leluhur kami, Ustadz. Saya harap kehadiran Anda bisa membawa kebaikan tanpa merusak apa yang telah kami junjung tinggi,” kata Pak Lurah dengan hati-hati.


Ustadz Malik tersenyum dan menjawab, “Saya memahami kekhawatiran Bapak. Tujuan saya bukan untuk merusak tradisi, tetapi untuk menunjukkan bagaimana ajaran Islam dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai yang ada di sini.”


Selama beberapa minggu berikutnya, Ustadz Malik mulai mengenal masyarakat desa dengan lebih dekat. Ia menghadiri berbagai upacara adat, seperti pesta panen dan perayaan kelahiran. Dalam setiap kesempatan, ia berdialog dengan masyarakat, mendengarkan cerita mereka, dan menghargai setiap detail tradisi yang mereka jalankan.


Suatu hari, Ustadz Malik mengadakan pengajian di masjid desa. Ia mengundang seluruh warga desa untuk datang dan mendengarkan. Pengajiannya tidak hanya berisi ceramah agama, tetapi juga diskusi terbuka tentang bagaimana ajaran Islam dapat memperkaya tradisi yang ada.


Salah satu tradisi yang paling penting di Sumber Sari adalah ritual “Selamatan Desa”, sebuah upacara yang diadakan setiap tahun untuk memohon keselamatan dan keberkahan. Ustadz Malik melihat ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan bagaimana nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan ke dalam ritual tersebut.


Pada hari Selamatan Desa, Ustadz Malik diundang untuk memberikan doa. Ia memulai dengan mengucapkan salam dan kemudian membacakan doa dalam bahasa Arab dan bahasa lokal. Ia juga menyisipkan pesan tentang pentingnya rasa syukur dan kebersamaan, yang merupakan inti dari ajaran Islam dan tradisi desa tersebut.


Masyarakat desa merasa terharu dan senang karena Ustadz Malik tidak hanya menghormati tradisi mereka, tetapi juga menambahkan nilai-nilai spiritual yang lebih dalam. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai melihat bahwa Islam dan tradisi mereka bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan dapat saling melengkapi.


Perlahan tapi pasti, ajaran Islam mulai mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumber Sari tanpa menghilangkan identitas tradisional mereka. Ustadz Malik berhasil menunjukkan bahwa dakwah bukanlah tentang merubah segala sesuatu, tetapi tentang menemukan titik keseimbangan di mana iman dan budaya dapat berjalan berdampingan.


Ketika Ustadz Malik akhirnya harus berpindah ke desa lain untuk melanjutkan misi dakwahnya, masyarakat Sumber Sari mengucapkan selamat tinggal dengan hati yang penuh rasa terima kasih. Mereka tidak hanya mendapatkan ilmu agama yang berharga, tetapi juga seorang sahabat yang memahami dan menghormati tradisi mereka.

Di Sumber Sari, dakwah dan tradisi telah bertemu dan bersatu, menciptakan harmoni yang indah dalam keberagaman.

Penulis : Muhammad Surya Pangestu

Di Balik Roda: Kisah Seorang Driver Online dengan PTSD

Aldo adalah seorang driver online yang bekerja di kota Jakarta. Setiap hari, ia menghabiskan waktunya mengantarkan penumpang dari satu tempat ke tempat lain, mengarungi hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur. Bagi Aldo, pekerjaan ini bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga cara untuk melupakan masa lalunya yang kelam.

Setahun yang lalu, Aldo adalah seorang sopir bus antar kota. Pada suatu malam yang hujan deras, ia mengalami kecelakaan tragis. Sebuah truk besar menabrak busnya dari belakang, menyebabkan bus terguling dan terperosok ke jurang. Kecelakaan itu merenggut nyawa beberapa penumpang, dan Aldo terjebak dalam reruntuhan selama berjam-jam sebelum akhirnya diselamatkan. Sejak saat itu, bayang-bayang kecelakaan tersebut terus menghantuinya.

Setelah sembuh secara fisik, Aldo merasa tidak mampu kembali ke pekerjaannya sebagai sopir bus. Setiap kali mendengar suara klakson keras atau melihat lampu kendaraan yang berkilauan di malam hari, ia kembali teringat pada kecelakaan itu. PTSD, atau post-traumatic stress disorder, mulai menguasai hidupnya. Ia sering mengalami mimpi buruk, berkeringat dingin di malam hari, dan merasa cemas setiap kali harus mengemudi.

Namun, Aldo tahu ia harus melanjutkan hidup. Dengan dukungan keluarganya, ia memutuskan untuk mencoba menjadi driver online. Pekerjaan ini memberinya lebih banyak kendali atas jadwal dan rute yang diambil, sehingga ia merasa lebih aman dan nyaman.

Pada awalnya, Aldo mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya. Setiap kali mendapat order di malam hari, ia merasa panik dan sering kali harus membatalkan order tersebut. Beberapa penumpang yang tidak sabar memberinya rating buruk, dan hal ini membuat Aldo merasa semakin tertekan. Namun, ada juga penumpang yang pengertian, yang tanpa disadari membantu Aldo perlahan-lahan mengatasi ketakutannya.

Suatu malam, Aldo mendapatkan order dari seorang perempuan muda bernama Nina. Nina melihat kegelisahan di wajah Aldo dan mulai mengobrol dengannya. Dalam percakapan mereka, Aldo tanpa sadar menceritakan pengalamannya tentang kecelakaan yang dialaminya. Nina, yang bekerja sebagai psikolog, menyadari bahwa Aldo membutuhkan bantuan profesional. Ia memberi Aldo nomor kontak seorang terapis yang bisa membantunya.

Dengan dorongan dari Nina, Aldo akhirnya memutuskan untuk menghubungi terapis tersebut. Dalam sesi-sesi terapi, Aldo mulai belajar cara mengelola traumanya. Ia belajar teknik pernapasan dan meditasi untuk menenangkan pikirannya, serta cara-cara lain untuk menghadapi situasi yang memicu kecemasannya.

Lambat laun, Aldo mulai merasa lebih baik. Ia mulai menerima lebih banyak order di malam hari, sesuatu yang dulu sangat ia hindari. Setiap kali ia berhasil mengantarkan penumpang tanpa merasa cemas berlebihan, rasa percaya dirinya perlahan kembali.

Kini, setahun setelah ia memulai perjalanan sebagai driver online, Aldo merasa jauh lebih kuat. Meskipun bayang-bayang kecelakaan itu tidak sepenuhnya hilang, ia belajar untuk hidup berdampingan dengan traumanya. Pekerjaan sebagai driver online tidak hanya memberinya penghasilan, tetapi juga memberinya kesempatan untuk bertemu banyak orang yang menginspirasinya dan membantunya dalam proses pemulihan.

Aldo menyadari bahwa setiap orang memiliki luka dan cerita mereka sendiri. Melalui pekerjaannya, ia belajar bahwa dengan berbagi cerita dan saling mendukung, manusia bisa menemukan kekuatan untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Setiap hari di balik roda, Aldo menemukan harapan baru, dan ia siap menghadapi hari-hari yang akan datang dengan semangat yang lebih besar.

Rencananya gagal yah? Mari baca!


 Rencana gagal bukan berakhir segalanya! 

Halo sorenians, apakabar semoga semuanya berjalan dengan baik yah. Bagaimana dengan rencana hidupnya apakah terlaksanakan? Gapapa kok kalo rencananya belum terlaksanakan atau bahkan gagal. Semua yang ada di dalam hidup ini Allah sudah rencanakan dengan baik entah itu kita harus merasakan kegagalan terlebih dahulu dalam melaksanakan sebuah rencana. Tapi sorenians harus kita ingat bahwa Allah memberikan kegagalan ini bukan semata-mata Allah tidak sayang kepada kita, tapi Allah ingin kita menjadi manusia yang kuat, Allah ingin kita kembali kepadanya untuk meminta dan bersandar padanya. Dan perlu di ingat dan camkan dalam diri sorenians bahwa Allah adalah seorang sebaik baiknya perencana, salah satu ayat yang sangat mendalam adalah Surah Ali Imran (3:54), yang menyatakan:

ÙˆَÙ…َÙƒَرُÙˆْا ÙˆَÙ…َÙƒَرَ اللّٰÙ‡ُ ۗÙˆَاللّٰÙ‡ُ Ø®َÙŠْرُ الْÙ…ٰÙƒِرِÙŠْÙ†َ 

yang artinya, "Dan mereka merencanakan dan Allah juga merencanakan, dan Allah sebaik-baik perencana."

Sorenians ayat Quran ini mengajarkan pentingnya memiliki keyakinan dan kepercayaan pada Allah sebagai perencana terbaik. Meskipun kita membuat rencana dan berusaha, pada akhirnya Allah yang menentukan hasilnya. Oleh karena itu, dalam setiap langkah hidup kita, sebaiknya kita selalu rendah hati dan tunduk kepada rencana-Nya yang sangat bijaksana. Dengan demikian, kita dapat hidup dengan damai dan yakin bahwa segala hal yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna.

Penulis: Raphy Achmad Zacky

Perjuangan Adita


 

Adita adalah seorang pekerja Sales Accounting di sebuah perusahaan manufaktur besar. Sudah tiga tahun ia bekerja di sana, dan selama itu ia dikenal sebagai karyawan yang berdedikasi dan memiliki kinerja yang baik. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Adita mulai menghadapi masalah yang serius dengan rekan kerjanya, Bima.

Bima baru bergabung dengan tim Sales Accounting sekitar enam bulan yang lalu. Pada awalnya, Adita dan Bima berhubungan baik, namun seiring berjalannya waktu, Bima sering kali bersikap kurang ramah dan meremehkan pekerjaan Adita. Setiap kali ada rapat tim, Bima selalu mengkritik ide-ide Adita tanpa alasan yang jelas, membuat Adita merasa tidak dihargai.

Suatu hari, setelah rapat mingguan yang berlangsung panas, Adita merasa sangat frustasi. Ia mulai merasakan dampak emosional dari situasi ini. Kinerjanya mulai menurun, dan ia sering pulang dengan perasaan cemas dan kesal. Adita merasa tidak berdaya dan mulai mempertanyakan kemampuannya sendiri. Dia tahu dia harus melakukan sesuatu, tetapi dia tidak tahu harus mulai dari mana.

Adita memutuskan untuk berbicara dengan manajernya, Pak Rudi. Dengan hati-hati, ia menjelaskan situasinya dan bagaimana perilaku Bima telah mempengaruhi kesejahteraan emosionalnya serta kinerjanya di kantor. Pak Rudi mendengarkan dengan seksama dan berjanji untuk menindaklanjuti masalah ini.

Pak Rudi kemudian mengadakan pertemuan tiga pihak antara dirinya, Adita, dan Bima. Dalam pertemuan tersebut, Bima mengakui bahwa dia tidak menyadari dampak negatif dari perilakunya dan meminta maaf kepada Adita. Pak Rudi juga menekankan pentingnya kerjasama tim dan saling menghargai satu sama lain di tempat kerja.

Setelah pertemuan itu, hubungan antara Adita dan Bima mulai membaik. Bima lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dan berusaha lebih mendukung. Adita merasa lega bahwa ia telah berbicara tentang masalahnya dan melihat perubahan positif. Meski butuh waktu, Adita kembali merasa nyaman di tempat kerjanya dan kinerjanya pun kembali meningkat.

Adita belajar bahwa penting untuk mengatasi masalah relasional di tempat kerja daripada membiarkannya berlarut-larut. Dia juga menyadari bahwa dukungan dari manajemen sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

Penulis : Muhammad Haikal Harahap

Kamis, 13 Juni 2024

Dilema Tidur dan Skripsi di Ujung Tanduk


Arman adalah seorang pemuda yang tengah berada di tahun terakhir kuliahnya di sebuah universitas ternama di Jakarta. Skripsinya yang mengambil topik tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja telah memasuki tahap akhir. Meski begitu, alih-alih merasakan kelegaan, Arman malah terjebak dalam lingkaran kecemasan dan gangguan tidur yang semakin memburuk.

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Arman duduk di depan laptopnya, menatap layar yang penuh dengan kata-kata yang seolah mengabur di hadapannya. Jam menunjukkan pukul dua dini hari, namun rasa kantuk tak kunjung datang. Matanya merah dan kelopak matanya berat, tetapi pikirannya terus berputar, penuh dengan kekhawatiran tentang hasil penelitiannya dan deadline yang semakin dekat.

Sejak beberapa bulan terakhir, Arman mulai kesulitan tidur. Setiap kali berbaring di tempat tidurnya, pikirannya terus saja memikirkan skripsi. "Bagaimana jika dataku kurang valid? Bagaimana jika dosen pembimbing tidak menyetujuinya?" Pertanyaan-pertanyaan ini berputar di kepalanya tanpa henti. Ia mencoba berbagai cara untuk tidur: mendengarkan musik yang menenangkan, membaca buku, hingga minum susu hangat, tetapi tak satupun yang berhasil.

Pagi harinya, Arman terbangun dengan perasaan lelah dan pusing. Jadwal bimbingan dengan dosen pembimbingnya, Bu Nia, semakin dekat. Dengan mata yang masih berat, ia bergegas ke kampus. Di ruang bimbingan, Bu Nia melihat keadaan Arman yang tampak kusut.

"Arman, kamu kelihatan sangat lelah. Apa yang terjadi?" tanya Bu Nia dengan nada penuh perhatian.

Arman menghela napas panjang, mencoba menyusun kata-kata. "Bu, akhir-akhir ini saya sulit tidur. Pikiran saya terus-menerus terfokus pada skripsi ini. Saya khawatir jika hasilnya tidak sesuai harapan."

Bu Nia tersenyum lembut. "Arman, skripsi itu penting, tetapi kesehatan kamu lebih penting. Kamu tidak bisa bekerja dengan maksimal jika tubuhmu tidak cukup istirahat. Cobalah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri."

Sepulang dari kampus, Arman merenungkan kata-kata Bu Nia. Malam itu, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia menutup laptopnya lebih awal dan mengambil waktu untuk berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Arman juga mencoba teknik pernapasan dan meditasi yang ia temukan di internet. Perlahan-lahan, ia mulai merasa lebih tenang.

Meski tidak langsung pulih sepenuhnya, Arman mulai merasakan perubahan. Ia menyusun jadwal yang lebih teratur dan menetapkan batas waktu untuk bekerja dan istirahat. Dengan bantuan teknik relaksasi dan dukungan dari teman-temannya, gangguan tidurnya berangsur-angsur membaik.

Beberapa minggu kemudian, Arman berhasil menyelesaikan skripsinya. Pada hari sidang, ia tampil dengan penuh percaya diri. Presentasinya berjalan lancar dan ia mendapatkan pujian dari dosen penguji. Setelah melalui perjuangan panjang, Arman berhasil lulus dengan nilai memuaskan.

Dari pengalaman ini, Arman belajar bahwa menjaga keseimbangan antara kerja keras dan istirahat adalah kunci untuk mencapai kesuksesan. Skripsi bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang proses belajar dan menjaga kesehatan mental serta fisik.

Penulis : Muhammad Haikal Harahap


Sorenians, Sudah Tonton How To Make Millions Before Grandma Dies? Yuk, Kita Bahas!

Review Film How to Make Millions Before Grandma Dies: Pat Boonnitipat sepertinya mengerahkan otak dan tenaga untuk memusatkan cerita terhadap dua hal: kedekatan dan emosi. (dok. GDH 559 via IMDb)


Hai, Sorenians!

Setelah seharian beraktivitas, pasti enak banget bisa duduk santai dan menikmati film yang bisa menghangatkan hati, bukan? Nah, kali ini kami punya rekomendasi film dari Thailand yang tidak hanya bikin kalian tersentuh, tapi juga penuh dengan pelajaran berharga tentang kehidupan dan keluarga. Film ini berjudul How To Make Millions Before Grandma Dies atau Lahn Mah. 


Film ini mungkin tidak penuh dengan kemewahan, tapi justru di sanalah letak keindahannya. Sutradara Pat Boonnitipat berhasil menciptakan cerita yang begitu sederhana namun sangat emosional tentang hubungan seorang nenek dengan cucu dan tiga anaknya. Dengan premis yang sederhana, Boonnitipat menunjukkan betapa kuatnya kisah-kisah personal bisa mempengaruhi penonton. 


Kalian pasti setuju kalau hubungan keluarga itu kompleks dan penuh lapisan emosi. Film ini mengeksplorasi berbagai jenis hubungan keluarga, mulai dari nenek-cucu, ibu-anak, hingga kakak-adik. Namun, fokus utama cerita ini ada pada hubungan antara M (diperankan oleh Billkin) dan neneknya, Amah (diperankan oleh Taew Usa Semkhum). Awalnya, M mendekati Amah hanya demi mengejar harta, tapi seiring waktu, hubungan mereka berkembang menjadi sesuatu yang indah dan tulus. 

Review Film How to Make Millions Before Grandma Dies: optimis judul ini bakal menjadi rekomendasi film Thailand favorit pada waktu mendatang. (dok. GDH 559 via IMDb)

Apa yang membuat film ini begitu istimewa adalah bagaimana ia tidak mencoba menggurui. Setiap karakter memiliki sudut pandang masing-masing, terlepas dari usia mereka. Ini membuat cerita terasa realistis dan dekat dengan penonton. Sang sutradara berhasil membawa pesan universal tentang keluarga yang bisa diterima oleh siapa saja. 


Bayangkan, dari awal film yang ringan dengan banyak humor, hingga akhirnya kita diajak melalui roller coaster emosi yang menguras air mata. Boonnitipat tidak menampilkan satu adegan klimaks untuk membuat penonton menangis, melainkan membiarkan emosi mengalir seperti ombak yang terus menerpa hingga akhir cerita. Setiap momen haru tersusun dengan baik, membuat air mata sulit terbendung. 


Penampilan para aktor dalam film ini juga luar biasa. Billkin menunjukkan perkembangan karakter M dari remaja cuek menjadi pria dewasa yang memahami arti keluarga. Begitu juga dengan Taew Usa Semkhum yang memerankan Amah dengan begitu menyentuh. Emosi seorang nenek yang merasa kehampaan pada masa senja tersampaikan dengan manis dan mengharukan. 


Musik dalam film ini, yang didominasi oleh dentingan piano, sangat pas mengiringi perjalanan emosional M dan Amah. Ditambah lagi dengan sinematografi yang sederhana namun indah, mulai dari latar rumah nenek yang klasik hingga taman makam yang sunyi. Semua ini menambah kedalaman dan kehangatan cerita.


Sorenians! How To Make Millions Before Grandma Dies bukan hanya film yang menguras air mata, tapi juga memberi kita pelajaran berharga tentang arti keluarga, cinta, dan pengorbanan. Film ini mengingatkan kita untuk selalu menghargai setiap momen dengan orang-orang terdekat, karena pada akhirnya, hubungan dengan mereka adalah harta yang paling berharga. 


Kami di Ashar Media yakin bahwa film ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Setelah menonton, mungkin kita akan lebih menghargai waktu dengan keluarga dan memahami bahwa setiap tindakan kecil penuh kasih bisa membawa perubahan besar dalam hidup kita dan orang-orang di sekitar kita.


Jadi, buat kalian yang mencari tontonan penuh makna untuk dinikmati setelah hari yang panjang, jangan lewatkan How To Make Millions Before Grandma Dies. Siapkan tisu, karena film ini akan membawa kalian pada perjalanan emosional yang tak terlupakan. 


Salam hangat dari Ashar Media, dan selamat menonton, Sorenians!


Penulis : Nanda Fadilah

Rabu, 12 Juni 2024

Dika: Berjuang di Tengah Kecemasan

 


Nama tokoh kita adalah Dika, seorang pemuda berusia 24 tahun yang sedang menempuh semester akhir di jurusan Teknik Informatika di sebuah universitas ternama. Di sisi lain, untuk membiayai kuliahnya dan membantu keluarganya, Dika bekerja paruh waktu sebagai asisten IT di sebuah perusahaan teknologi.

Dika selalu memulai harinya lebih awal daripada kebanyakan teman-temannya. Pukul 5 pagi, dia sudah bangun untuk menyelesaikan tugas kuliah yang tertunda. Setelah beberapa jam bekerja di depan laptop, dia bergegas untuk mempersiapkan diri ke kantor. Di perjalanan, dia sering kali merasa dadanya sesak dan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Setibanya di kantor pukul 8 pagi, Dika langsung tenggelam dalam tumpukan pekerjaan. Bosnya, Pak Anton, adalah tipe atasan yang menuntut kesempurnaan dan sering memberikan deadline yang ketat. Setiap kali Pak Anton mendekati mejanya, Dika merasa gugup dan khawatir apakah pekerjaannya akan diterima dengan baik atau tidak.

Tengah hari, ketika kebanyakan karyawan lain menikmati makan siang, Dika seringkali menyelesaikan tugas kantor sambil memikirkan presentasi proyek kuliahnya yang harus diselesaikan. Pikirannya tidak pernah tenang; selalu ada yang mengganjal, selalu ada yang membuatnya cemas

Selepas bekerja, Dika langsung menuju kampus. Di kelas, dia seringkali sulit berkonsentrasi. Perasaannya terus menerus dibayangi oleh kekhawatiran—apakah dia bisa lulus dengan nilai yang baik? Apakah dia bisa memenuhi ekspektasi dosen? Apakah dia bisa terus bekerja dengan baik di kantor? Pikiran-pikiran ini berputar seperti tornado di kepalanya.

Sepulang dari kampus pukul 9 malam, Dika biasanya masih harus mengerjakan tugas-tugas kuliah hingga larut malam. Rasa lelah sering kali mengalahkan semangatnya, namun rasa cemasnya lebih kuat. Dia takut jika tidak mengerjakan tugas dengan baik, nilai IPK-nya akan turun dan dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus

Akhir pekan yang seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat justru dihabiskan Dika dengan menyelesaikan pekerjaan kantor yang dibawa pulang dan tugas-tugas kuliah yang menumpuk. Meskipun tubuhnya lelah, pikirannya tidak bisa berhenti berputar. Dia sering mengalami kesulitan tidur karena terlalu banyak hal yang dipikirkannya.

Suatu hari, di tengah presentasi proyek di kelas, Dika tiba-tiba merasa sesak napas dan pusing. Teman-temannya segera membawanya ke klinik kampus. Dokter di sana mengatakan bahwa Dika mengalami serangan kecemasan (anxiety attack) akibat tekanan yang berlebihan dari pekerjaan dan kuliah.

Dokter menyarankan Dika untuk mengambil cuti sementara dari pekerjaannya dan berkonsultasi dengan seorang psikolog. Awalnya, Dika merasa ini adalah tanda kelemahan, namun akhirnya dia menyadari bahwa kesehatan mentalnya jauh lebih penting.

Dengan bantuan psikolog, Dika belajar mengelola kecemasannya. Dia mulai mengatur jadwal yang lebih seimbang antara kuliah dan pekerjaan. Selain itu, dia juga mulai berlatih teknik relaksasi seperti meditasi dan pernapasan dalam. Perlahan-lahan, Dika mulai merasa lebih baik. Meskipun tantangan masih ada, Dika kini lebih mampu menghadapinya tanpa rasa cemas yang berlebihan.

Cerita Dika menggambarkan perjuangan banyak mahasiswa yang harus bekerja sambil kuliah. Tekanan dari kedua sisi bisa sangat berat dan dapat memicu masalah kesehatan mental seperti kecemasan. Penting untuk mencari bantuan dan dukungan saat merasa kewalahan, karena kesehatan mental adalah fondasi dari keberhasilan jangka panjang.

Cahaya di Ujung Lorong

Di sebuah pabrik tekstil di pinggiran kota, Andi, seorang buruh berusia 35 tahun, menjalani rutinitas hariannya. Setiap pagi, ia berangkat sebelum matahari terbit, menembus dinginnya pagi dengan sepeda tuanya. Pekerjaannya monoton, menjahit kain dari pagi hingga sore, hanya terhenti untuk makan siang sebentar. Namun belakangan ini, Andi merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

Rutinitas yang dulu bisa ia jalani dengan biasa saja kini terasa sangat berat. Setiap pagi, tubuhnya terasa seperti ditarik ke bawah, berat dan enggan bangkit dari tempat tidur. Di tempat kerja, ia merasa sulit untuk berkonsentrasi, jarum jahit sering terlepas dari jemarinya yang gemetar. Rekan-rekan kerja mulai memperhatikan perubahan ini, tetapi Andi hanya tersenyum lemah dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Di rumah, keadaan tidak lebih baik. Istrinya, Siti, mulai khawatir dengan Andi yang sering termenung dan tidak lagi berbicara banyak. Anak-anaknya, yang masih kecil, juga merasakan ketegangan yang tidak mereka pahami. Andi sering merasa bersalah karena tidak bisa menjadi ayah dan suami yang baik. 

Malam-malam Andi diwarnai dengan gelisah. Ia sulit tidur, pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang masa depan keluarganya. Pendapatannya sebagai buruh tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga, apalagi dengan harga barang-barang yang terus naik. Kadang-kadang, ia merasa lebih baik jika tidak pernah bangun lagi dari tidurnya.

Suatu hari, setelah berbulan-bulan merasa tertekan, Andi akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Pak Budi, mandornya yang dikenal bijaksana. Di ruang kecil yang berfungsi sebagai kantor, Andi menceritakan semua yang ia rasakan. Pak Budi mendengarkan dengan seksama, tidak pernah menyela hingga Andi selesai berbicara.

"Mas Andi, saya paham apa yang kamu rasakan. Banyak di antara kita yang pernah merasakan hal yang sama," kata Pak Budi dengan suara tenang. "Depresi itu bukan sesuatu yang bisa kamu atasi sendirian. Kamu butuh bantuan."

Pak Budi lalu mengarahkan Andi untuk berbicara dengan seorang konselor yang sering bekerja dengan para buruh di pabrik itu. Dengan ragu-ragu, Andi setuju. Pertemuan pertamanya dengan konselor terasa aneh, tetapi seiring waktu, Andi mulai merasa nyaman. Ia belajar tentang cara-cara untuk mengelola stres dan kecemasan, dan mulai membuka diri lebih banyak kepada Siti dan anak-anaknya.

Meskipun prosesnya lambat, perlahan Andi mulai merasakan perubahan. Ia tidak lagi merasa begitu berat untuk bangun pagi, dan di tempat kerja, ia bisa kembali fokus pada pekerjaannya. Hubungannya dengan keluarga pun membaik. Andi menyadari bahwa meskipun hidup penuh tantangan, ia tidak sendirian dalam perjuangannya.

Cahaya di ujung lorong yang gelap mulai terlihat. Andi tahu perjalanan ini belum selesai, tetapi dengan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, ia merasa lebih kuat dan mampu untuk terus maju.

Penulis : Muhammad Haikal Harahap

Lingkaran Tak Berujung


Sarah, seorang analis data berusia 30 tahun, adalah pekerja keras yang selalu memberikan yang terbaik dalam setiap tugasnya. Dia bekerja di sebuah perusahaan teknologi besar di pusat kota, dan karirnya yang cemerlang selalu menjadi kebanggaannya. Namun, akhir-akhir ini, Sarah mulai merasa berbeda.

Setiap pagi, Sarah bangun dengan perasaan lelah meskipun ia tidur cukup lama. Menatap cermin di kamar mandi, dia melihat bayangan kelelahan di matanya. "Aku hanya perlu berusaha lebih keras," pikirnya. "Ini semua demi promosi."

Hari-harinya di kantor dimulai lebih awal dan berakhir larut malam. Tumpukan laporan data yang haus dianalisis dan presentasi yang harus disiapkan terus bertambah. Deadline yang selalu ketat dan permintaan mendadak dari atasan membuatnya semakin tertekan. Setiap hari terasa seperti perlombaan tanpa akhir.

Suatu hari, ketika Sarah sedang mengerjakan sebuah proyek penting, laptopnya tiba-tiba mengalami masalah teknis. Dia mencoba untuk tetap tenang, tetapi kegelisahan mulai merayap masuk. "Kenapa selalu ada saja yang salah?" gumamnya sambil mencoba memperbaiki laptopnya.

Saat makan siang, teman-temannya mengajaknya keluar untuk makan bersama, tetapi Sarah menolak. "Aku harus menyelesaikan ini," katanya dengan nada datar. Padahal, dalam hatinya, ia merindukan obrolan ringan dan tawa bersama mereka.

Malam harinya, Sarah merasa kepalanya berat dan sulit untuk fokus. Dia menatap layar komputernya, tetapi angka-angka dan grafik tampak seperti kabur. "Aku tidak bisa terus begini," bisiknya pada dirinya sendiri. Tapi, ia tetap memaksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Hari-hari berlalu, dan keadaan Sarah semakin memburuk. Dia mulai merasa sinis terhadap pekerjaannya dan koleganya. Pekerjaan yang dulu memberinya kepuasan kini hanya membuatnya merasa hampa. Sarah mulai sering absen dari pertemuan sosial dan lebih memilih untuk mengisolasi diri di apartemennya.

Suatu malam, setelah menyelesaikan pekerjaan larut malam lagi, Sarah akhirnya menangis. Ia merasa benar-benar kelelahan dan putus asa. Semua usaha kerasnya tampak sia-sia. "Aku tidak bisa melanjutkan ini," katanya pada dirinya sendiri sambil terisak.

Keesokan harinya, Sarah memutuskan untuk mengambil cuti sakit. Ia tahu bahwa dia membutuhkan waktu untuk memulihkan diri. Saat berada di rumah, Sarah mulai mencari bantuan profesional. Ia menemui seorang terapis yang membantu dia memahami bahwa dirinya mengalami burnout.

Dengan dukungan terapisnya, Sarah mulai membuat perubahan kecil dalam hidupnya. Ia belajar untuk menetapkan batasan, mengatakan "tidak" ketika perlu, dan mencari cara untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Sarah juga mulai berolahraga dan meditasi untuk mengurangi stres.

Setelah beberapa minggu, Sarah kembali bekerja dengan pandangan yang lebih sehat terhadap pekerjaannya. Meskipun tantangan masih ada, ia kini lebih siap untuk menghadapinya. Sarah menyadari bahwa merawat kesehatan mentalnya sama pentingnya dengan menyelesaikan pekerjaannya. Dia belajar untuk tidak selalu mengandalkan dirinya sendiri dan pentingnya mencari dukungan dari orang-orang di sekitarnya.

Sarah perlahan-lahan kembali menemukan kebahagiaan dalam pekerjaannya dan kehidupan pribadinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah lagi mengabaikan tanda-tanda burnout. Baginya, keseimbangan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan yang sejati.

Penulis : Muhammad Haikal Harahap

Polwan Bakar Suami, Emosi yang Tak Terkendali dan Dampak Judi Online


Kasus tragis yang melibatkan seorang polisi wanita (Polwan), Briptu Fadhilatun Nikmah alias FN, yang membakar suaminya, Briptu Rian Dwi Wicaksono alias RDW, menghebohkan publik Indonesia. Peristiwa ini mengungkapkan dampak buruk dari kecanduan judi online dan bahaya emosi yang tak terkendali dalam rumah tangga.

Briptu Fadhilatun melakukan tindakan tersebut setelah mengetahui bahwa suaminya sering menghabiskan uang untuk judi online, menguras uang belanja yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan keluarga mereka yang terdiri dari tiga anak. Menurut laporan, sebelum kejadian, Briptu Fadhilatun mengancam akan membakar anak-anak mereka jika suaminya tidak segera pulang ke rumah.

Ancaman tersebut dikirim melalui pesan WhatsApp, lengkap dengan foto botol berisi bensin yang telah disiapkan di teras rumah. Briptu Fadhilatun bahkan meminta asisten rumah tangga (ART) untuk membawa ketiga anak mereka keluar rumah agar tidak terkena dampak dari tindakan nekatnya.

Pada pukul 10.30 WIB, Briptu Rian akhirnya pulang. Sesampainya di rumah, Briptu Fadhilatun mengunci pintu dan memaksa suaminya berganti pakaian. Cekcok mulut tak terhindarkan. Dalam keadaan marah, Briptu Fadhilatun memborgol tangan kiri suaminya ke tangga lipat di garasi rumah dan menyiram tubuhnya dengan bensin.

Briptu Fadhilatun kemudian menyalakan korek api dan membakar tisu yang dipegangnya, sebelum menyulut api ke tubuh suaminya. "Ini lo, yang. Lihaten iki," katanya, namun suaminya hanya diam. Api segera menyambar tubuh Briptu Rian yang berlumur bensin, membuatnya berteriak meminta pertolongan.

Seorang tetangga, Bripka Alvian, mendengar teriakan tersebut dan segera datang untuk membantu memadamkan api. Korban kemudian dilarikan ke RSUD dr. Wahidin Sudirohusodo di Kota Mojokerto, namun nyawanya tidak tertolong dan ia meninggal pada Ahad pukul 12.55 WIB.

Kombes Dirmanto, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur, mengungkapkan bahwa tindakan Briptu Fadhilatun didorong oleh kemarahan yang tak terkendali akibat kecanduan judi online suaminya. Briptu Rian diketahui sering menggunakan uang belanja untuk berjudi, meninggalkan saldo rekening hanya Rp 800 ribu dari gaji ke-13 sebesar Rp 2,8 juta yang baru diterimanya.

Briptu Fadhilatun sempat meminta klarifikasi dari suaminya, namun tidak puas dengan penjelasan yang diberikan, memicu kemarahan dan peristiwa tragis tersebut.

Kasus ini menjadi pengingat akan bahaya judi online yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga dan memicu tindakan kekerasan. Emosi yang tidak terkendali dan ketidakmampuan mengelola stres menjadi faktor utama yang memicu tindakan ekstrim seperti ini.

Penting bagi setiap individu dan keluarga untuk menjaga komunikasi yang baik dan mencari bantuan profesional jika menghadapi masalah serius. Kesadaran akan dampak buruk kecanduan judi dan pentingnya pengelolaan emosi adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.

Menjaga keseimbangan emosi dan mencari solusi damai dalam menyelesaikan konflik adalah nilai yang sangat dianjurkan. Diperlukan dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat untuk membantu mereka yang menghadapi tekanan emosional dan kecanduan.

Semoga kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, dan mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis : Nanda Fadilah

Selasa, 11 Juni 2024

Misi di Negeri Empat Musim


 Misi di Negeri Empat Musim


Di sebuah desa kecil yang terletak di negeri dengan empat musim yang indah, seorang pendakwah muda bernama Abdullah memulai misinya. Abdullah, yang berasal dari Indonesia, telah dididik dengan baik dalam ilmu agama dan memiliki tekad kuat untuk menyebarkan pesan kedamaian Islam ke seluruh penjuru dunia.


Musim semi tiba dengan angin sejuk yang menyapu ladang-ladang bunga berwarna-warni. Abdullah menjejakkan kakinya di desa yang dikelilingi oleh pegunungan hijau dan danau yang jernih. Penduduk desa menyambutnya dengan keramahan khas mereka, meski banyak di antara mereka yang belum mengenal ajaran Islam. Abdullah memulai dakwahnya dengan cara yang lembut dan penuh hikmah, menceritakan kisah-kisah nabi dan nilai-nilai universal Islam yang penuh cinta dan kedamaian.


Musim panas datang dengan sinar matahari yang terik. Abdullah ikut bekerja bersama para petani di ladang-ladang mereka, membantu menanam dan memanen hasil bumi. Dengan cara ini, ia menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan kerja keras dan kebersamaan. Ketulusan dan kerja keras Abdullah mulai menarik perhatian banyak orang. Setiap malam, di bawah langit berbintang, ia menggelar majelis kecil di rumah-rumah warga, mengajarkan mereka tentang tauhid dan akhlak mulia.


Ketika musim gugur tiba, daun-daun berubah warna menjadi merah, kuning, dan emas, menciptakan pemandangan yang memukau. Abdullah mengadakan kegiatan sosial di desa, seperti membagikan pakaian hangat dan makanan untuk mereka yang membutuhkan. Penduduk desa terharu oleh kepeduliannya dan mulai melihat Islam sebagai agama yang penuh kasih sayang. Perlahan, beberapa di antara mereka mulai mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Abdullah.


Musim dingin datang dengan salju tebal yang menyelimuti desa. Suhu yang dingin tidak menghalangi Abdullah untuk melanjutkan misinya. Ia sering mengunjungi rumah-rumah warga, menyebarkan kehangatan baik secara fisik maupun spiritual. Abdullah mengajarkan tentang pentingnya persaudaraan dan saling membantu dalam menghadapi kesulitan. Ia juga membuka kelas kecil di masjid yang didirikan bersama para mualaf, mengajarkan mereka membaca Al-Qur'an dan tata cara ibadah.


Perjalanan dakwah Abdullah di negeri empat musim tidaklah mudah. Ada kalanya ia menghadapi penolakan dan kesalahpahaman. Namun, dengan kesabaran dan keteguhan hati, Abdullah berhasil memenangkan hati banyak orang. Di akhir musim dingin, banyak penduduk desa yang telah menerima Islam sebagai jalan hidup mereka. Mereka mulai membentuk komunitas yang harmonis, hidup berdampingan dalam damai dan saling menghormati.


Misi Abdullah di negeri empat musim adalah bukti bahwa dengan ketulusan, kerja keras, dan hikmah, pesan Islam dapat diterima di mana saja, mengubah hati dan kehidupan banyak orang. Abdullah kembali ke Indonesia dengan hati yang penuh rasa syukur, meninggalkan jejak dakwah yang abadi di negeri yang kini menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.

Lelucon Tidak Pantas Remaja SMP soal Palestina, Pihak Sekolah dan Warganet Bereaksi Keras

Anak SMP 216 dan Keempat Temannya Viral Usai Bikin Lelucon Soal Darah hingga Daging Anak Palestina di Restoran Cepat Saji yang Terkenal, Pihak Sekolah Angkat Bicara. (Foto: X @cingreborn)

Di tengah perjuangan dan penderitaan rakyat Palestina, sebuah video viral yang berisi sekelompok remaja perempuan dari Indonesia membuat lelucon tidak pantas soal darah, tulang, hingga daging anak-anak Palestina telah membuat geram banyak pihak. Salah satu dari remaja tersebut adalah siswa dari SMPN 216 Jakarta. Video tersebut diambil di sebuah restoran cepat saji yang dikenal dengan sajian ayam tepungnya dan sering menjadi target boikot karena dugaan dukungan terhadap serangan Israel terhadap Palestina.

Video yang menyebar di media sosial menunjukkan para remaja itu makan sambil melontarkan lelucon yang sangat tidak pantas. Mereka menggambarkan makanan yang mereka santap sebagai bagian tubuh anak-anak Palestina. Misalnya, ada yang menyebut tulang ayam sebagai tulang anak Palestina, saus cabai sebagai darah anak Palestina, dan daging ayam sebagai daging anak Palestina. Tindakan ini mendapat gelak tawa dari teman-temannya dan mereka terus melanjutkan lelucon yang tidak pantas tersebut.

Akiba konten yang tidak pantas ini, pihak sekolah, SMPN 216 Jakarta, segera memberikan klarifikasi. Menurut pernyataan resmi yang diposting di akun Instagram mereka, kejadian tersebut terjadi di luar jam sekolah pada hari Minggu siang setelah para siswa pulang dari tempat ibadah dan makan siang di restoran cepat saji. Pihak sekolah menegaskan bahwa dari lima remaja yang ada di video tersebut, hanya satu yang merupakan murid SMPN 216 Jakarta.

“Kami dari pihak sekolah sangat menyayangkan dan mengecam perilaku yang ditampilkan dalam video tersebut. Kami sudah memanggil yang bersangkutan beserta orangtuanya dan mendesak untuk membuat klarifikasi dan permintaan maaf kepada semua pihak yang merasa dirugikan,” kata pihak sekolah.

Video tersebut telah menyebar luas dan menuai hujatan dari warganet. Banyak yang mengecam perilaku para pelajar tersebut, menyebut tindakan mereka sebagai bentuk ketidakpedulian dan kekejaman yang tidak dapat diterima. "Ngeri ya, abis pulang ibadah malah menggebu-gebu semangat nge-jokes soal korban genocide,” tulis seorang pengguna Twitter. "Untuk tim humas SMPN 216, sepertinya ada yang kurang pas. Permasalahan ini bukan tentang toleransi, tapi ini tentang kemanusiaan,” ujar netizen lainnya, menegaskan bahwa isu ini lebih dari sekadar toleransi agama tetapi juga tentang rasa kemanusiaan.

Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi kita semua, terutama bagi generasi muda, untuk selalu menghormati penderitaan orang lain dan tidak menjadikan tragedi sebagai bahan lelucon. Dalam ajaran Islam, diajarkan untuk selalu menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti orang lain, serta pentingnya menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.

Sebagai komunitas, kita perlu mendidik dan mengingatkan anak-anak kita tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan menghormati penderitaan orang lain. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu berpikir sebelum bertindak dan menjaga sikap agar selalu beradab dan berakhlak mulia.

Penulis : Nanda Fadilah

Media Kami

asharmedia
asharmedia
asharmedia

Team Sorenians

Haikal Harahap
Director
Raphy Achmad Zacky
Sekretaris Redaksi
Nanda Fadilah
Sub Editor
Muhammad Surya
Reporter

Profil

Tentang Kita

Halo Kami Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati, website ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas di Mata Kuliah Manajemen Pers Dakwah. Harapan kami semoga website ini bisa menjadi tempat hiburan dan ketenangan ketika kalian yang sedang lelah dengan hiruk pikuk perkotaan, pekerjaan, perkuliahan, dan aktivitas yang membuat kamu lelah. So enjoy read this article dan tungguin update-an nya di sore hari, See You Sorenians

Alamat:

Cibiru, Jawa Barat

Bacaan Baru:

Selepas Ashar

Nomor Telpon:

082296516186

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Sang Pembawa Pesan di Tanah Gersang

Di tengah-tengah padang pasir yang luas, terdapat sebuah desa kecil bernama Qariah. Desa ini dihuni oleh suku Badui yang sudah lama hidup da...