Arman adalah seorang pemuda yang tengah berada di tahun terakhir kuliahnya di sebuah universitas ternama di Jakarta. Skripsinya yang mengambil topik tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja telah memasuki tahap akhir. Meski begitu, alih-alih merasakan kelegaan, Arman malah terjebak dalam lingkaran kecemasan dan gangguan tidur yang semakin memburuk.
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Arman duduk di depan laptopnya, menatap layar yang penuh dengan kata-kata yang seolah mengabur di hadapannya. Jam menunjukkan pukul dua dini hari, namun rasa kantuk tak kunjung datang. Matanya merah dan kelopak matanya berat, tetapi pikirannya terus berputar, penuh dengan kekhawatiran tentang hasil penelitiannya dan deadline yang semakin dekat.
Sejak beberapa bulan terakhir, Arman mulai kesulitan tidur. Setiap kali berbaring di tempat tidurnya, pikirannya terus saja memikirkan skripsi. "Bagaimana jika dataku kurang valid? Bagaimana jika dosen pembimbing tidak menyetujuinya?" Pertanyaan-pertanyaan ini berputar di kepalanya tanpa henti. Ia mencoba berbagai cara untuk tidur: mendengarkan musik yang menenangkan, membaca buku, hingga minum susu hangat, tetapi tak satupun yang berhasil.
Pagi harinya, Arman terbangun dengan perasaan lelah dan pusing. Jadwal bimbingan dengan dosen pembimbingnya, Bu Nia, semakin dekat. Dengan mata yang masih berat, ia bergegas ke kampus. Di ruang bimbingan, Bu Nia melihat keadaan Arman yang tampak kusut.
"Arman, kamu kelihatan sangat lelah. Apa yang terjadi?" tanya Bu Nia dengan nada penuh perhatian.
Arman menghela napas panjang, mencoba menyusun kata-kata. "Bu, akhir-akhir ini saya sulit tidur. Pikiran saya terus-menerus terfokus pada skripsi ini. Saya khawatir jika hasilnya tidak sesuai harapan."
Bu Nia tersenyum lembut. "Arman, skripsi itu penting, tetapi kesehatan kamu lebih penting. Kamu tidak bisa bekerja dengan maksimal jika tubuhmu tidak cukup istirahat. Cobalah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri."
Sepulang dari kampus, Arman merenungkan kata-kata Bu Nia. Malam itu, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia menutup laptopnya lebih awal dan mengambil waktu untuk berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Arman juga mencoba teknik pernapasan dan meditasi yang ia temukan di internet. Perlahan-lahan, ia mulai merasa lebih tenang.
Meski tidak langsung pulih sepenuhnya, Arman mulai merasakan perubahan. Ia menyusun jadwal yang lebih teratur dan menetapkan batas waktu untuk bekerja dan istirahat. Dengan bantuan teknik relaksasi dan dukungan dari teman-temannya, gangguan tidurnya berangsur-angsur membaik.
Beberapa minggu kemudian, Arman berhasil menyelesaikan skripsinya. Pada hari sidang, ia tampil dengan penuh percaya diri. Presentasinya berjalan lancar dan ia mendapatkan pujian dari dosen penguji. Setelah melalui perjuangan panjang, Arman berhasil lulus dengan nilai memuaskan.
Dari pengalaman ini, Arman belajar bahwa menjaga keseimbangan antara kerja keras dan istirahat adalah kunci untuk mencapai kesuksesan. Skripsi bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang proses belajar dan menjaga kesehatan mental serta fisik.
Penulis : Muhammad Haikal Harahap
0 komentar:
Posting Komentar