Menemukan Makna di Tengah Keresahan

Hafiz, seorang pria berusia 25 tahun, memiliki pekerjaan tetap sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Dari luar, Hafiz tampak bahagia dan sukses. Pekerjaan yang mapan, penghasilan yang cukup, serta lingkungan kerja yang mendukung, membuat banyak orang menganggap hidupnya sempurna. Namun, hanya Hafiz yang tahu bahwa ada keresahan yang tak kunjung hilang dalam dirinya.

Setiap pagi, Hafiz bangun dengan perasaan gelisah. Meskipun dia menikmati pekerjaannya, ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang membuat hidupnya terasa hampa. Di balik senyum dan tawa di kantor, Hafiz menyimpan kegelisahan yang mendalam. Ia sering terjaga di malam hari, memikirkan pertanyaan-pertanyaan besar tentang tujuan hidup, karir, dan kebahagiaan. Apa sebenarnya makna dari semua ini? Mengapa meski telah mencapai banyak hal, ia masih merasa kosong?

Di kantor, Hafiz adalah seorang profesional yang dihormati. Karyanya selalu mendapatkan pujian dari atasan dan rekan kerja. Namun, saat kembali ke apartemennya yang sepi, Hafiz merasakan kekosongan yang menusuk. Dia merindukan sesuatu yang lebih dari sekadar rutinitas sehari-hari. Hafiz mulai mempertanyakan apakah pekerjaan yang selama ini ia banggakan benar-benar mencerminkan passion dan tujuan hidupnya.

Pada suatu malam, Hafiz memutuskan untuk berbicara dengan sahabatnya, Rina. Mereka bertemu di sebuah kafe di sudut kota, tempat favorit mereka sejak kuliah. Rina mendengarkan dengan penuh perhatian saat Hafiz mencurahkan isi hatinya. "Aku merasa seperti ada yang hilang, Rin. Setiap hari, aku bangun dan menjalani rutinitas yang sama, tapi rasanya hampa. Aku merasa tidak benar-benar hidup," kata Hafiz dengan suara bergetar.

Rina memahami perasaan Hafiz. Ia menyarankan Hafiz untuk mencoba mengeksplorasi minat dan hobinya di luar pekerjaan. "Mungkin kamu perlu menemukan sesuatu yang membuatmu merasa hidup, Hafiz. Sesuatu yang benar-benar kamu cintai dan membuatmu bersemangat," ujar Rina.

Malam itu, setelah pulang dari pertemuan dengan Rina, Hafiz mulai merenungkan kata-kata sahabatnya. Dia memutuskan untuk mengambil cuti beberapa hari dari pekerjaan dan mencoba hal-hal baru. Hafiz mulai dengan hal yang sederhana: fotografi, sesuatu yang selalu ia nikmati tetapi jarang ia lakukan karena kesibukan kerja. Dia juga bergabung dengan komunitas seni lokal dan mulai mengunjungi pameran serta mengikuti workshop.

Selama masa cuti tersebut, Hafiz merasakan perubahan dalam dirinya. Berinteraksi dengan orang-orang baru dan terlibat dalam aktivitas yang ia sukai membuatnya merasa lebih hidup. Ia mulai menemukan kembali rasa semangat dan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Hafiz menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu berasal dari kesuksesan profesional atau materi, tetapi dari hal-hal sederhana yang memberi makna pada hidupnya.

Setelah cutinya berakhir, Hafiz kembali ke kantor dengan perspektif baru. Ia memutuskan untuk tidak hanya fokus pada pekerjaannya, tetapi juga memberi waktu untuk mengejar minat dan hobinya. Hafiz juga mulai lebih terbuka untuk berbicara tentang perasaannya dengan teman-teman dan keluarga, sesuatu yang sebelumnya jarang ia lakukan.

Meskipun perjalanan untuk menemukan makna hidupnya masih panjang, Hafiz merasa lebih kuat dan lebih jelas tentang apa yang ingin ia capai. Ia mulai mengerti bahwa krisis yang ia alami adalah bagian dari proses menemukan diri sendiri. Dengan langkah-langkah kecil, Hafiz mulai merangkai kembali potongan-potongan kehidupannya yang terasa hilang. Ia belajar untuk menghargai setiap momen, mengejar apa yang ia cintai, dan menemukan kebahagiaan dalam setiap langkah yang diambil.

Muhammad Haikal Harahap, KPI 4C